Aku,
Aku Telah selesai berjalan dan jarum jam terus berputar.
Aku,
Aku tak tahu apa yang harus aku tulis lagi bagimu hari ini.
Jalan kita semakin sempit
dan sepertinya kantuk telah menggapaiku.
Debar,
Kita tak pernah menyepi dan sajak - sajak yang lahir dari debar..
Debar,
Rinduku, kuingin kau baca dengan bergetar.
Jiwailah sayangku !
Di sini,
Aku pun sedang berusaha merasuki debar - debar rindu hatimu. .
Kau inginkan,
Langit kita senja agar kemerahan lembayung yang dilambaikan..
Matahari,
Matahari dari ufuk barat kau maknai sebagai sajak baru untukmu.
Tapi,
Tapi mimpimu datang terlalu cepat dan senja ,- senja terlalu lekas menghilang,
Sehingga sajak - sajak baru bagimu hanyalah setitik kelam dan gelap,
Yang dikirimkan oleh angin dan sepi malam.
Kelam dan gelap yang amat menggembirakan,
Oh kekasih! Kutahu rembulan akan membantu.
Tak ada lagi raung akibat gaung hentak kakiku di jalan itu,
Jalan yang menuju padamu.
Namun,
Namun, kau inginkan aku terus berjalan dan mendapatimu,
Seolah - olah kau tak lagi berdaya di ujung sana,
Padahal,
Mungkin sekarang kau sedang berjingkrak atau mungkin menari dan juga bernyanyi,
Sambil menerjemahkan sajak-sajak yang ku kirimkan bagimu.
Aku tahu, kau !
Kau, tak pernah kesepian.
Sepi tak akan bisa berbicara kepadamu,
Sebab engkau tahu cara membunuh sepi !
Maka datanglah kemari !
Perlihatkanlah jingkrak dan tarianmu pada orang - orang yang menertawakan keadaanku.
Angin saja tak akan cukup membawa rindumu,
Apalagi bintang !
Rindumu terlalu berat, mahal dan indah untuk dibawa angin,
Rindumu terlalu terang, bersinar, dan putih untuk dibawa bintang..
Dekapan angin yang kuat selalu kuharapkan,
Agar rindumu kuterima dengan utuh..
Kerlipan bintang yang kuat juga selalu kunanti,
Agar rindumu kuterima dengan penuh..
Aku sangat senang bila memandang kupu - kupu,
Aku yakin,
Bahwa, kupu - kupu lahir dari ceceran rindumu diatas kelopak - kelopak bunga.
Sisa - sisa rindumu saja sudah cukup kuterima,
Bila,
Bila, indah sayap - sayapnya mengirimkan aku harum bunga dan wangi kelopak tubuhmu.
Sisa-sisa rindu yang kuterima,
Walaupun separuh,
Namun sanggup menjalari tubuhku, terasa manis di lidah,
Kemudian aku tersengat aliran-aliran rindu yang dibawa kupu - kupu
Bahagiamu adalah lengkung senyum yang tak akan pernah luntur dari bibirku.
Derai - derai tawamu adalah suara muara,
Yang bersidekap dengan lautan kegembiraanku.
Pengertianmu kepadaku,
Adalah kerelaan hulu mengalirkan air bagi muaranya...
Kau dan aku,
Ibarat air yang tak bisa dipisahkan.
Bila matahari datang dan membakar kita.
Aku akan menguap dan kau pun begitu adanya.,
Lalu kembali menjadi air.
Ketika udara dan awan mengembun,
Kita menjelma menjadi hujan dan embun yang mengaliri sungai-sungai, menyegarkan..
Kini,
Kini, aku teringat padamu.
Aku tahu,
Sebelum aku berkata, aku teringat padamu,
Kau telah lebih dahulu mengetahuinya,
Bahkan sebelum aku memikirkannya,
Saat masih melayang - layang,
Dan belum berada benakku,
Atau sebelum pikiranku sampai padamu,
Kau telah mengetahuinya.
Kau telah mengetahui,
Bahwa kata-kata itu,
Bahwa pikiran dan angan - angan itu akan sampai kepadamu..
Aku tak tahu kekuatan apa yang ada di dalam diri kita,
Sehingga mampu membuat kita melampaui batas - batas yang telah diciptakan oleh alam...
@SUNSET